Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

kunci ternak lele







DUNIA LELE





Keberhasilan di awal akan menentukan hasil akir, itulah dunia patiler.
Sering dianggap ikan lele ikan yang bandel dan tahan banting. Diidentikan
dengan lumpur ,suka ngendut kata orang jawa. Setelah mencoba ternak lele baru
tahu rasa. Pendapat seperti itu ternyata bohong besar. Jangan tumbuh besar, mau
hidup saja untung-untungan. Itulah kalau kita hanya sekedar berani dan
menyepelekan ilmu patiler yang super njlimet.





Ikan lele..


Dalam bahasa keren disebut cutfish adalah binatang air yang disebut ikan dengan
cirri-ciri berkumis tanpa sisik dan tubuhnya mengeluarkan lendir. Termasuk ikan
karnifora yang konon kabarnya termasuk jenis ikan nocturnal atau aktif di malam
hari.


Lendir di tubuh ikan lele adalah sebuah jaket perisai untuk melindungi diri
dari serangan penyakit dari luar tubuhnya. Tubuh lele secara berkala akan
mengelurakan lendir yang kemudian larut ke dalam air.

Sehingga jika ada kuman yang menempel di tubuhnya akan ikut larut lendir ke
dalam air. Pertahanan alamiah yang luar biasa. Itu kalau di sungai. Lendir yang
larut akan ikut hanyut aliran air dan hilang.

Sangat berbeda kalau ikan lele kita pelihara di kolam dalam jumlah banyak pula.
Lendir yang larut ke air tak akan kemana-mana. Tetap parkir di kolam. Awalnya
muncul bau amis kadang-kadang diikuti adanya busa di permukaan air. Busa yang
muncul di permukaan bisa dijadikan indikator kalau air kolam mulai muncul
masalah. Biasanya PH mulai turun di bawah angka 7. Padahal ikan lele habitat
hidupnya direntang PH 7 – 8. Lendir yang muncul ditambah kotoran dari ikan
menambah komplek permasalahan yang terjadi. Lendir lele adalah protein, di
dalam air akan sangat mudah membusuk , ditambah kotorannya sendiri yang juga
tetap dikolam. Campur aduk yang akirnya membusuk menjadi amoniak. Akibat amoniak
ph naik. Akibat ph naik ikan stress, mengeluarkan banyak lendir yang
mengakibatkan ikan kehilangan banyak cairan (dehidrasi) lemas dan menggantung.
Kondisi ini sebenarnya belum masalah. Kelanjutannya akibat lendir habis maka
jaket pertahanannya tidak ada. Kuman penyakit yang menempel ditubuhnya akan
bisa menembus kulit. Kejadian selanjutnya muncul berbagai macam penyakit. Ini
baru masalah. Apapun alasannya mencegah lebih baik dari pada mengobati.

1 sumber masalah di kolam kita “AMONIAK”.


Ikan lele adalah ikan yang aktif dimalam hari, maka karakter biologisnya
adalah pemalu (suka bersembunyi). Di awal tebar ketika air masih bening, sering
kita jumpai ikan bergerombol membentuk koloni bahkan menyerupai bola yang
ngumpul di pojok. Walaupun sepele sebenarnya ini adalah sebuah tanda. Ia merasa
terancam sehingga saling bersembunyi dengan membentuk koloni. Kondisi ini jika
kita tidak memahami dan menganganggap hal yang biasa bisa berakibat fatal.
Kenapa banyak orang menyarankan ketika tebar bibit supaya dipuasakan 24 jam.
Inilah bahasan kita kali ini.


Lingkungan baru, kondisi baru, apalagi kondisi air masih transparan dan
probiotik pengurai amoniak/kotoran belum berkembang, perlu mendapat perhatian
yang utama. Ketika bibit baru tebar di kondisi air yg belum siap, ia akan
merasa tidak nyaman dan terancam. Maka ia akan bergerombol mencari
perlindungan. Kondisi ini bisa dikatakan ikan dalam kondisi stress. Seperti
halnya manusia ketika berada dalam tekanan stress pasti berkeringat dengan kata
lain mengeluarkan cairan (dlm bentuk keringat). Begitu juga ikan lele ketika
dalam kondisi stress ia akan mengeluarkan banyak lendir. Lendir ikan lele
adalah cairan yang tersusun dari protein-protein cair yang mudah larut dalam
air. Semua protein sangat gampang membusuk. Jika kondisi seperti ini (ikan dlm
kondisi stress), pemberian pakan tidak dikurangi, maka kotoran yang dihasilkan
juga akan banyak. Lendir yg larut dalam air cukup banyak, ditambah kotoran
ikan, kondisi air belum siap, probiotik pengurai amoniak/kotoran belum berkembang,
komplit sudah faktor penghancur di kolam kita. Yang terjadi selanjutnya amoniak
menjadi semakin banyak, diawali bau amis, kemudian secara perlahan berubah
menjadi bau busuk. Ikanpun mengalami perubahan perilaku. Diawali ada yang
menggantung di pinggir satu dua ekor. Semakin lama semakin banyak. Tidak
langsung mati. Hari berikutnya mulai muncul penyakit, kumisnya keriting,
moncongnya putih. Jika kondisi ini berlanjut,, mulai ada yang Nampak mati
mengambang. Kondisi kolam semakin buruk. Bau amis semakin tajam akibat dari bau
bangkai. Ketika kolam kita kuras, di dasar kolam ternyata menumpuk bangkai ikan
tumpang tindih. Melihat kondisi seperti itu pasti dah rasanya pengen mewek…

Kesimpulan yang bisa di ambil “GAGAL ADAPTASI” .




Apa solusinya..?





Tidak ada lain persiapan air harus mantap. Kita menjaga air, maka air akan
menjaga ikan kita. Jangan biarkan ikan kita mengalami stress. Jikalaupun hal
ini terjadi jangan biarkan sampai berlarut-larut, segera atasi.


Setelah kita tahu sifat ikan lele yang noktrurnal yg tentu saja sangat
pemalu, maka jangan biarkan ia terlihat. Buat kondisi air yang tidak tembus
pandang. Cara yang paling sehat dengan menghijaukan kolam. Tumbuhkan bakteri
pengurai kotoran (amoniak) ketika persiapan air, supaya ketika bibit sudah di
tebar dan lele mengeluarkan kotoran, kotoran ini tidak menjadi masalah di
kolam.


Banyak sistim budidaya lele yang bisa kita pakai, banyak buku-buku cara
budidaya lele yang beredar di pasaran. Walau yag nulis belum tentu pembudidaya
lele sehingga juga belum tahu masalah yang sebenarnya (petani dunia maya).


Sistim bioflok,


diklaim sistim yang paling menguntungkan karena bisa tebar padat sampai
1000/m2. Tetapi para pemula banyak mengeluh karena banyak gagal untuk tebar
awal, tebar bibit aman untuk ukuran 9 ke atas, sedang ukuran 3-4, 4-6, banyak
yang mengeluh kematian banyak. Memang harus jadi perhatian kita sistim ini
menguras banyak oksigen karena padatnya probiotik sehingga harus menggunakan
banyak aerator. Supaya oksigen terlarut memadai. Itu yang belum dipahami banyak
orang. Sehingga muncul modifikasi dari sistim ini yaitu “GREEN BIOFLOK”, yang
akan membantu menyelesaikan masalah diawal tebar.


Sistim organic,


Sistim ini menurut saya yang paling gampang. Kata orang jawa sambil merem ae
iso (sambil menutup mata saja biasa). Tetapi kepadatan maksimal 500 ekor/m2.
Tidak butuh probiotik, fcr bagus dan kolam tidak berbau dan jarang terjadi
masalah. Cuma harus ada kompos dari kotoran sapi yang sudah jadi/ kotoran sapi
yang sudah jadi tanah. Cukup dihampar di dasar kolam dg ketebalan tertentu
(kurang lebih 5 cm). lebih tebal lebih bagus, kurangpun juga bisa. Isi air
sejengkal tunggu seminggu naikkan menjadi 60 cm tunggu seminggu baru isi bibit.
Sistim ini ada juga yg menyebut sistim lumpur aktif.

Solusi selanjutnya dengan pemberian pakan yang terkontrol.

Menjaga kualitas air

Perawatan harian /penanganan masalah yang terjadi (trouble soting).





TERNAK IKAN LELE SISTIM ORGANIK (LUMPUR ORGANIK)





Sistim ini cocok untuk peternak pemula. Karena dengan sistim ini sangat
mudah perawatan dan jarang terjadi masalah. Bahkan selama ini belum pernah
menemukan kolam bermasalah. Yang menjadi andalan sistim ini adalah kompos dari
koteoran hewan. Dengan syarat kotoran hewan harus benar-benar sudah menjadi
kompos. Kohe (kotoran hewan) yang biasa digunakan adalah kotoran sapi.
Dipedesaan kotoran sapi ini biasanya tersedia melimpah. Biasanya kotoran sapi
ini dibiarkan menggunung disekitar kandang. Kita tinggal ambil kotoran yang
sudah jadi tanah untuk digunakan dikolam ketika persiapan air. Selain kotoran
sapi, kotoran kambingpun atau ayam bisa digunakan, asalkan sudah benar-benar
jadi kompos (seperti tanah dan tidak berbau kohe). Jika yangtersedia kohe sapi
belum jadi tanah maka langkah yang diambil adalah mengkomposkan dulu kotoran
sapi itu. Kalau ada bekas media cacing bisa langsung digunakan tidak perlu
difermentasi lebih dulu. Kelebihan lain sistim ini adalah dengan adanya lumpur
organik maka juga akan tersedia pakan alami dari lele yang tumbuh dari lumpur
organik. Semakin tebal lumpurnya maka cadangan makanan juga akan semakin
banyak. Sehingga bis mengurangi kebutuhan pakan.


CARA MEMBUAT KOMPOS DARI KOTORAN SAPI.


BAHAN.


Kotoran sapi 2-3 karung

Tetes tebu 1/2 - 1 liter

Em4 pertanian

Ampas tahu kalau ada.


CARA MEMBUATNYA:

Kotoran sapi dihampar dilantai kering /tanah kering. Tetes tebu ½ - 1 liter
ditambah air 10 liter ditambahkan EM4 sesuai kebutuhan disesuaikan dengan
petunjuk penggunaan yag ada dalam kemasan. Penggunaannya diperbanyak juga
semakin baik. Kalau ada ampas tahu juga bisa dicampurkan sekali. Tidak usah
terlalu banyak 2-3 kg sudah cukup.

Selanjutnya tetes yang sudah dicampur EM4 disiramkan ke Kotoran sapi dan diaduk
rata. Campuran selanjutnya ditutup dengan plastik. ditempat yang terhindar dari
sinar matahari langsung. Atau ditanam ditanah.

Proses pengkomposan akan terjadi dengan ditandai dengan meningkatnya suhu.
Selama 14 hari biasanya kompos sudah jadi. Jika dipegang dingin tidak panas.
Dan bau sudah seperti bau tanah. Jika kompos masih terasa panas berarti kompos
belum jadi. Kompos diaduk/dibalik dan ditutup lagi. Ditunggu hingga kompos yang
kita buat benar-benar matang. Jika kompos belum jadi dan dipaksakan digunakan
dikolam bisa menimbulkan munculnya berbagai macam penyakit.





PERSIAPAN KOLAM


PERALATAN YANG DIPERLUKAN.

1. KOLAM

2. AIR

3. KOMPOS MATANG KALAU PAKAI KASCING (BEKAS CACING) LANGSUNG PAKAI

KALAU KOMPOS DARI KANDANG LANGSUNG, AMBIL YG SUDAH DITUMBUHI CACING.





Kolam dibersihkan dan dikeringkan dengan dijemur di panas matahari 2 hari.
Kemudian kompos dihampar di dasar kolam dengan ketebalan kurang lebih 5 cm.
lebih tebal lebih bagus, karena akan meningkatkan cadangan makanan alami untuk
lele. Semakin banyak kompos maka pakan alami yang tumbuh akan semakin banyak.
Kompos yang dihampar kurang dari ketebalan 5 cm pun tidak apa-apa. Kemudian
diisi air sedalam 1 jengkal dibiarkan satu minggu. Tujuannya biar sinar
matahari bisa menembus dasar kolam. Setelah satu minggu kompos sudah menjadi
lumpur kemudian air ditambah hingga ketinggian 60 cm. setelah 1 minggu sejak
penambahan air bibit lele sudah bisa dimasukkan dengan kepadatan 500/m2.


PENANGANAN LELE SETELAH TEBAR.


Ini adalah saat-saat yang sangat menentukan. Kesalahan penanganan di awal
bisa berakibat fatal. Ikan lele ketika sudah besar sangat kuat sekali dibanding
ikan lain, tetapi ketika kecil bisa dikatakan sangat rapuh. Walau punya
ketahanan yang bagus, tetapi perubahan lingkungan yang mendadak akan membuat
ikan stress dan akirnya sakit. Air hijau yang tak tembus pandang adalah salah
satu cara supaya ikan lele merasa aman dan nyaman sehingga tidak gagal
adaptasi. Mayoritas kegagalan di budidaya lele adalah ketika minggu –minggu
pertama dan kedua. Salah satu penyebabnya adalah karena gagal adaptasi. Air
belum siap. Masih bening. Sehingga lele kecil merasa tidak aman karena merasa
bisa dilihat oleh predator. Selanjutnya stress, bergerombol dan mengeluarkan
banyak lendir sampai dehidrasi shg lemas dan menggantung. Bisa dipastikan jika
hal ini dibiarkan berlanjut hari berikutnya aeromonas, moncong putih atau
penyakit sejenisnya akan muncul dan disusul kematian masal. Selain untuk
adaptasi awal tebar, alga yang tumbuh akan menetralisir racun dan kondisi air
dari asam atupun basa.


Untuk menghindari terjadinya perubahan yang mendadak maka ketika habis tebar
seharusnya diberi makan baru kesesokan harinya. Itupun hanya 1 x dalam sehari
selama 3 hari. Hari pertama pemberian pakan jangan terlalu banyak. Tujuannya
supaya kotoran yang dihasilkan tidak terlalu banyak yang bisa mengakibatkan
perubahan kondisi kolam yang mendadak. Jika terjadi perubahan kondisi kolam
akibat kotoran yang tiba-tiba banyak, ikan bisa stress. Ketika stress akan
mengeluarkan banyak lendIr yg mengakibatkan kolam berbusa, selanjutnya ikan
menggantung. Jika terlanjur terjadi hal yang demikian maka harus segera diatasi.
Buang air ¼ dan tambah air baru. Jangan sampai terlambat. Baru setelah 3 hari
frekwensi pemberian pakan dinaikkan menjadi 2 kali. Baru 3 hari selanjutnya
bisa ditingkatkan menjadi 3 kali. Jika 2 minggu bisa dilampaui dengan selamat
bisa dikatakan waktu kritis bisa terlampaui dengan sempurna. Dengan penanganan
awar tebal dan persiapan air yang memadai, kematian setelah tebar bisa ditekan
hingga maksimal 1%.

Proses selanjutnya tinggal menjaga kualitas air, jika air kondisinya
diperkirakan sudah sangat kotor maka perlu dikurangi dan ditambah air baru
supaya air tetap bagus kualitasnya.

Pengalaman selama ini ketika kelihatan ada lele yg sakit, maka ketika air
disegarkan lagi sehingga kualitas meningkat, pemakaian obat tidak diperlukan.
Dan dengan sistim ini yang saya alami kondisi hujan lebatpun setelahnya tak
terjadi perubahan apapun di kolam. Tidak pernah ada ikan gantung karena hujan.
Dan kenyataan yang ada di lapangan ketika ikan dikasih makan apapun, termasuk
sisa nasi, sayur, tahu atau tempe goring sisa tak pernah terjadi masalah hingga
panen. Bahkan air kolam sama sekali tidak pernah diganti hingga berwarna hitam.





Kelebihan sistim lumpur organik.

1. kolam tak berbau karena dari kompos yg kita pakai sudah penuh dengan
probiotik yg komplit dari tanah. Termasuk pengurai amoniak (NITROBAKTER)

2. walaupun tidak keruh air kental shg bagus untuk lele (lendir tidak gampang
larut ke air)

3. cocok untuk budidaya ikan apapun termasuk nila dan gurami

4. kebutuhan pakan sangat minim karena akibat kompos tumbuh pakan alami (untuk
lele cukup dikasih makan sehari sekali, sore)

5. Kang paling mudah diaplikasikan dan hampir bisa dipastikan tanpa ada
kendala.


SELAMAT BERUJI COBA..





salam santun dari anak mrisi tanggungharjo grobogan