idealisme plato
FILSAFAT UMUM
MAKALAH FILSAFAT UMUM
TENTANG IDEALISME PLATO
Disusun
Oleh :
Muhammad
Septa Adi P (1810601172)
Muhammad
Nur Azka (18106011085)
FAKULTAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
WAHID HASYIM
2018-2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas kelimpahan nikmat dan
rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Tak
lupa saya ucapkan yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Dan terima kasih
untuk semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil hingga
terselesaikannya makalah ini.Makalah yang berjudul tentang IDEALISME PLATO ini
saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat umum .Dan saya berharap
semoga hasil makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Proses
penyelesaian makalah ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan bahkan ketidaksempurnaan
karena sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Allah semata,untuk itu saya selaku
penulis makalah ini memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat hal yang
kurang berkenan.Kritik dan saran yang bersifat membangun dengan senang hati akan saya terima untuk
menjadi batu loncatan agar lebih baik.Terima kasih atas perhatiannya semoga
bermanfaat dan selamat membaca.
Semarang,7 maret 2019
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran filsafat secara umum adalah hasil
pemikiran seseorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara
fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam
penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang
berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat
disebabkan pula oleh faktor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para
ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu
tempat.
Perkembangan filsafat Yunani berlangsung
begitu cepatnya, sehingga dalam usaha untuk menggambarkannya dengan mudah akan
mengalami kesukaran mengenai kronologisnya. Perkembangan ini berlangsung
berangsur-angsur, meskipun secara relatif berjalan cepat. Sampai saat ini
filsafat Eropa dan Amerika juga didasarkan atas daya pikir orang-orang Yunani,
tidaklah mungkin untuk memahami filsafat dewasa ini tanpa mengetahui sejarah
dan asal-usulnya. Yang menjadi asal mulanya.
Dalam arti sempit ialah
pemikiran Plato dan Aristoteles, dalam arti lebih luas lagi ialah seluruh
pikiran kuno sampai dengan surutnya peradaban kuno.
Meskipun terdapat banyak perbedaan
pendapat diantara para pemikir yang satu dengan yang lain, namun filsafat
merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini merupakan upaya memahami. Para filsuf
yang paling tua merupakan orang-orang pertama yang tidak lagi merasa puas
dengan penjelasan berdasarkan mitos-mitos, melainkan menghendaki penjelasan
yang masuk akal.
Dan pada makalah ini kami akan membahas
tentang pemikiran seorang tokoh filosof utama pada zaman nya yaitu Plato dengan
pemikiran nya tentang filsafat Idealisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas tadi,
maka rumusan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Bagaimana Biografi Plato ?
2. Apa
Itu Filsafat Idealisme ?
3.
Seperti Apa Idealisme Plato ?
C. Tujuan
- Pembaca mengenali biografi plato
- Pembaca mengerti
tentang idealisme Plato
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Plato
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427
SM dan meninggal disana pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari
keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik
Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negarawan. Tetapi
perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk
mengikuti jalan hidup yang diingininya itu.
Ayahnya bernama Ariston, keturunan raja
Krodus, raja terakhir Athena yang hidup sekitar abad 1068 SM dan sangat
dikagumi rakyatnya dikarenakan kecakapan dan kebijaksanannya memerintah Athena.
Ibunya bernama Periktione, keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan
agung Athena yang hidup sekitar seratus lebih awal dari Periktione.
Nama Plato yang sebenarnya ialah
Aristokles. Karena dahi dan bahunya yang amat lebar, ia memperoleh julukan
“Plato” tersebut dari seorang pelatih senamnya. Plato dalam bahasa Yunani
berasal dari kata benda “platos” (“kelebarannya”/”lebarnya”). Julukan yang
diberikan oleh pelatih senamnya itu begitu cepat populer dan menjadi
panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama resmi yang diabadikannya
lewat seluruh karyanya.[1]
Plato adalah pengikut Socrates yang taat
di antara para pengikut-pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain
dikenal sebagai ahli pikir, ia juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal.
Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperoleh
secara maksimal.
Sebagai titik tolak pemikiran
filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama, mana yang benar antara
yang berubah-ubah (Heraclitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar
antara pengetahuan lewat indra dengan pengetahuan lewat akal. Pengetahuan yang
diperoleh lewat indra disebut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman,
dan pengetahuan tersebut bersifat tidak tetap atau berubah-ubah. Sedangkan
pengetahuan lewat akal disebut pengetahuan akal dan bersifat tetap atau tidak
berubah-ubah.[2]
B. Filsafat Idealisme
1. Pengertian Filsafat
Filsafat sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani yaitu “Philosophia”. Kemudian dari kata ini banyak di peroleh
pengertian-pengertian filsafat, baik dalam segi pengertian secara etimologi
maupun secara menyeluruh dalam kandungannya.
Beberapa ahli
filsafat mendefinisikan tentang filsafat:
- Menurut Aristoteles filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia
juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala
benda. - Menurut
Plato filsafat ialah pengetahuan tentang segala yang ada, serta
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.[3]
2. Sumber-sumber Filsafat
Plato
Guru filsafat yang amat dikagumi,
dihormati, dan dicintai plato ialah Socrates. Bagi Plato, Socrates adalah guru
dan sahabat, “the noblest and the wisest and most just” (yang paling mulia dan
paling bijaksana dan yang paling tulus). Ungkapan itu menunjukkan bahwa
Socrates memiliki tempat yang paling khusus dalam kehidupan Plato dan hal itu
nampak jelas lewat karya-karya filsafatnya. Hampir seluruh karya filsafat Plato
menggunakan “metode sokratik”, yaitu metode yang dikembangkan oleh Socrates
yang dikenal juga dengan nama “metode dialektis” atau yang sering kali juga
disebut “elenkhus”.
Metode itu terwujud ke dalam suatu
bentuk tanya jawab atau dialog sebagai suatu upaya untuk meraih kebenaran dan
pengetahuan. Plato berhasil menyempurnakan metode sokratik dengan menuliskan
dialog-dialognya ke dalam suatu bentuk kesastraan yang mampu mempesona begitu
banyak orang dari abad ke abad. Dalam hampir semua dialog Plato, peran Socrates
senantiasa ditempatkannya sebagai pelaku utama. Lewat seluruh karya
filsafatnya, Plato seolah-seolah hendak mengabdikan nama gurunya yang amat
dikagumi, dihormati dan dicintainya itu.
Filsafat Plato tidak hanya dipengaruhi
oleh paham Socrates tetapi juga dipengaruhi oleh filsuf sebelumnya yang dikenal
sebagai filsuf pra-sokratik. Sebelum Plato menjadi murid Socrates, Plato pernah
belajar filsafat dari Kratylos. Kratylos adalah murid Herakleitos, si gelap (ho
skoteinos), meraih gelar demikian itu, karena filsafatnya sulit dipahami.
Herakleitos mengajarkan bahwa segala sesuatu senantiasa bergerak dan berubah.
Plato membenarkan pemikiran mereka itu hanya berlaku dalam hal yang indrawi
semata.
Plato pun mengenal ajaran Parmenides
yang bertolak belakang dengan pemikiran Herakleitos. Bagi Parmenides “yang ada
itu ada” dan “yang tidak ada itu tidak ada”. Permenides mengatakan tidak ada
yang bergerak, tidak ada yang berubah, tidak ada yang mengalir dan berlalu
serta meniadakan. Plato mengakui kebenaran Parmenides, namun kebenaran ajaran
Parmenides itu tidak berlaku di dunia indrawi.
Plato juga mengetahui dengan baik ajaran
Orphisme atau yang sering disebut sebagai Mysteri Orphik, yakni suatu gerakan
agamis dan filosofi yang tersebar di Yunani pada awal abad ke-6 SM dan yang
begitu mempengaruhi serta menarik perhatian para penganut Pythagoreanisme di
Italia Selatan. Orphisme mengajarkan dualisme tubuh adalah tugas manusia. Jiwa
terpenjara dalam tubuh dan tugas manusia adalah membebaskan jiwa dari penjara
tubuh itu. Untuk pembebasan jiwa itu hanya mungkin tercapai lewat upacara kudus.[4]
3. Paham Idealisme
Definisi Idealisme, Kata idealis dalam
filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam
sehari-hari. Kata idealis itu berarti:
1. Seseorang
yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya.
2. Orang yang
dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau progam yang belum ada.
W.E. Hocking seorang idealis mengatakan
bahwa kata-kata “idea-ism” lebih tepat daripada kata idealism. Secara ringkas
paham idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide, pikiran, akal
(mind) atau jiwa (selves), bukan benda material dan kekuatan. Idealisme
menekankan akal sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
Sebaliknya Materialisme mengatakan bahwa materi itulah yang real (nyata) dan
akal hanyalah fenomena yang menyertainya, idealisme mengatakan bahwa akal
itulah yang riil dan materi hanyalah merupakan produk sampingan.
4. Jenis-Jenis Idealisme
a) Idealisme Subjektif- Immaterialisme
Idealisme jenis ini kadang-kadang
dinamakan mentalisme atau fenomenalisme. Seorang idealis subjektif akan
mengatakan bahwa akal, jiwa dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan
segala yang ada. “Objek” pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman
adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu
ada, akan tetapi hanya ada dalam akan mempersepsikannya.
b) Idealisme Objektif
Plato adalah seorang filosof yang
pertama kali memperkenalkan faham idealisme. Plato membagi dunia dalam dua
bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia penglihatan, suara dan benda-benda
individual. Dunia yang kongkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang
sesungguhnya, melainkan sebagai bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat
alam diatas alam benda yaitu alam konsep, ide, universal, atau esensi yang
abadi.
c) Personalisme atau Idealisme Personal
Personalisme
muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik, bagi seorang personalis
realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau protes pemikiran yang
khusus, akan tetapi jiwa seseorang pemikir.[5]
C. Idealisme Plato
Seluruh filsafat Plato bertumpu pada
ajarannya tentang ide. Plato percaya bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya
dari segala sesuatu yang ada yang dapat dikenal lewat panca indera. Pohon,
bunga, manusia, hewan, dan lain-lain, sebagaimana akan mati dan berubah, tetapi
ide pohon, bunga, manusia, dan hewan, tidak akan pernah berubah. Karena ide
adalah realitas yang sebenarnya atau keberadaan ada yang sesungguhnya, maka
bagi Plato ide bukanlah sekedar gagasan atau gambaran yang hanya berada di
dalam pemikiran manusia.
Ide bukanlah sesuatu yang subjektif yang
tercipta oleh daya pikir manusia dan oleh sebab itu keberadaan ide itu lalu
bergantung pada daya pikir manusia. Sebagai realitas yang sebenarnya, bagi
Plato, ide bersifat objektif. Keberadaan ide tidak bergantung pada daya fikir
manusia. Ide itu mandiri, sempurna, abadi, dan tidak berubah-rubah.
Bagi Plato, kenyataan yang demikian itu
membuktiakan bahwa dunia indrawi bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia
indrawi itu hanyalah bayangan atau gambaran yang tidak lengkap dan tidak
sempurna dari dunia ide. Contonya seperti kursi, ini beraneka ragam kursi di
dunia indrawi hanyalah bayangan yang tidak lengkap dari yang sempurna yang ada
di dunia ide. Kursi yang sempurna yang ada di dunia ide itu hanya satu,
sedangkan kursi yang ada di dunia indrawi bermacam-macam karena sebagai bayangan
atau gambaran yang tidak sempurna ia justru menggambarkan yang sempurna itu
lewat aneka bentuk dan berbagai rupa.
Plato mengakui bahwa dunia indrawi yang
serba majemuk dan adalah juga suatu realitas, namun bukanlah realitas yang
sebenarnya. Dunia indrawi hanyalah tiruan sementara dari dunia ide. Oleh sebab
itu yang paling utama bagi Plato ialah dunia ide. Tetapi itu tidak berarti
dunia indrawi harus disangkal keberadaannya. Kedua dunia itu tetap merupakan
realitas sendiri-sendiri, meskipunyang indrawi hanyalah merupakan tiruan dari
dunia ide. Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, jelas terlihat bahwa
idealisme Plato berbeda dengan idealisme modern. Dunia ide bagi Plato merupakan
suatu realitas yang objektif, karena itu idealism Plato sering disebut sebagai
idealism realitas, sedangkan idealisme modern bersifat subjektif oleh sebab itu
sering disebut idealisme subjektif.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Terjadi perbedaan dikalangan
para filsuf tentang tempat dan tahun kelahiran Plato yang sesungguhnya, akan
tetapi dari sekian banyak buku filsafat yang diterbitkan diperoleh data bahwa
Plato lahir di Athena pada tahun 427-347 SM, dan yang pasti ialah, Plato lahir
dalam suatu keluarga Aristokrat Athena yang turun-temurun memiliki peranan yang
amat penting dalam kehidupan politik di Athena.
Banyak sekali definisi-definisi yang
dikemukakan tentang filsafat, akan tetapi Plato mempunyai definisi tersendiri
mengenai filsafat yaitu pengetahuan tentang segala yang ada, serta pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
Dalam hampir semua dialog Plato, peran
Socrates senantiasa ditempatkannya sebagai pelaku utama. Lewat seluruh karya
filsafatnya, Plato seolah-seolah hendak mengabdikan nama gurunya yang amat
dikagumi, dihormati dan dicintainya itu.
Filsafat Plato tidak hanya dipengaruhi
oleh faham Socrates tetapi juga dipengaruhi oleh filusuf sebelumnya yang
dikenal sebagaifilusuf pra-sokratik seperti Kratylos, Herakleitos, Parmenides,
dan ajaran Orphisme.
Secara ringkas paham idealisme
mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide, pikiran, akal (mind) atau jiwa
(selves), bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan akal sebagai
hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
Plato mengatakan bahwa ide adalah
realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada, yang dapat dikenal lewat
panca indera. Bagi Plato, dunia indrawi bukanlah realitas yang sebenarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
S. Pradja,
Juhaya. 1987. Aliran-aliran Filsafat Dari Rasionalisme Hingga Sekularisme.
Bandung: CV Alva Gracia.
Achmadi, Asmoro.
2001. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Hendrik, Rapar,
Jan. 1991. Filsafat Politik Plato. Jakarta: CV. Rajawali.
Yakub, Hamzah.
1984. Filsafat Ketuhanan. Bandung: PT. Al Ma’arif.
Dhiqin, Ahmad.
“Idealisme Plato”. 5 Maret 2014.
Antasari, Ariezt
Pasther. “Filsafat Plato”. 8 Mei 2012
[5] Juhaya S. Pradja, Aliran-aliran Filsafat
dari Rasionalisme hingga Sekulerisme, Bandung: CV Alva Gracia, 1987, hlm. 36-38.